Selasa, 26 April 2016

Museum Kematian Surabaya

Museum Kematian Surabaya


Kematian memang merupakan misteri dari Yang Maha Kuasa, namun manusia mempunyai cara dan istiadat tertentu dalam melakukan ritual kematian. Di Indonesia yang mempunyai beragam suku, ternyata juga mempunyai beragam cara dalam melakukan ritual penguburan bagi sang mayat. Hal inilah yang akhirnya melatar – belakangi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Airlangga (Unair) Kota Surabaya mendirikan Museum Etnografi Kematian atau biasa di sebut juga sebagai Museum Kematian Surabaya.

Sebenarnya keberadaan Museum Kematian Surabaya ini sudah ada sejak 10 tahun yang lalu, hanya saja belum banyak masyarakat yang mengetahuinya. Kemungkinan hal ini di sebabkan karena lokasinya yang berada di dalam kampus, sehingga menyebabkan masyarakat sedikit enggan untuk mengunjunginya. Namun sejatinya Museum Kematian Surabaya ini terbuka untuk umum.
Di dalam Museum Kematian Surabaya ini tersaji tentang masyarakat, etnik, suku yang berkaitan dengan kematian dan mitos-mitos yang berkembang di dalamnya. Hal ini juga termasuk di sajikannya beberapa upacara adat yang ada di suku tertentu. Seperti yang di sajIkan secara gamblang di sini adalah Ritual Manene atau Ritual mayat berjalan cukup di kenal pada masyarakat Toraja, Sulawesi Selatan. Peristiwa ini memang sudah di kenal hingga ke mancanegara, yaitu adanya mayat yang di bangkitkan dari kematian, lalu mayat tersebut berjalan sendiri ke kuburnya yang biasanya terletak di atas bukit atau gunung. Di sini anda akan dapat melihat replikanya yang di sertai dengan penjelasan tertulis mengenai Ritual manene tersebut.

Menurut Kepala Museum Kematian Surabaya, Toetik Koesbardiati, bahwasannya kematian bukanlah suatu perpisahan, di daerah tertentu bahkan ada masyarakat yang menggunakan bantal yang berasal dari tulang tengkorang kerabatnya yang telah meninggal .
Di Museum ini, selain di pajang mengenai Etnografi kematian, juga terdapat pula barang – barang kuno seperti gerabah, bebatuan dan fosil manusia dan binatang yangberasal dari jaman lampau, ada yang berusia hingga 3000 tahun. Lebih lanjut Toetik berharap keberadaan dadi Museum Kematian Surabaya ini akan menjadi wahana wisata dan belajar bagi masyarakat yang mengunjunginya.

Sumber

0 komentar:

Posting Komentar